Oldboy (2013/Remake/US)


It's hammer time!

It’s hammer time!

Kalau anda penggemar film-film psikologikal thriller Korea pasti familiar dengan salah satu film legendaris karya Chan-wook Park yang berjudul Oldboy. Asal anda tahu, film dengan tema balas dendam yang mempunyai ending ‘super-twisted’ itu akhirnya di-remake juga oleh Hollywood tahun kemarin, masih dengan judul yang sama tapi tentunya dengan rasa yang berbeda. Kali ini versi remake-nya disutradarai oleh Spike Lee dan memasang aktor Josh Brolin sebagai the “new” Dae-su Oh. Tapi sayang sekali, ekspektasi anda jangan terlalu tinggi jika ingin menonton versi remake ini karena mau tak mau dan suka tak suka, saya harus akui bahwa tidak ada versi remake apapun yang bisa menyaingi versi orisinil Oldboy, walau ada beberapa plot yang sedikit diubah oleh Spike Lee demi kejutan yang baru, tetap saja, Oldboy versi sineas yang mulai naik daun setelah film Do the Right Thing-nya ini jauh dari kata menyamai level film orisinilnya.

Tapi percayalah, saya tidak men-judge bahwa Oldboy tahun 2013 ini jelek sepenuhnya, masih film yang watchable, apalagi bagi orang yang belum pernah menonton versi aslinya. Sayangnya ada beberapa poin yang membuat saya kecewa dengan versi remake-nya, seperti durasi film yang terlalu singkat, sehingga development characternya terasa sangat dangkal. Apalagi Spike Lee bilang bahwa versi remake-nya sebelum di edit oleh pihak studio durasinya adalah 140 menit. Well, saya sepertinya ingin menyaksikan versi 140 menitnya itu, karena harus saya akui, Josh Brolin tampil cukup prima dan meyakinkan sebagai Joe Doucett yang berkelakuan seperti douchebag di awal film ini dimulai. Andai saja Oldboy remake ini setia dengan versi 140 menitnya, mungkin penonton akan merasa lebih relate dengan karakter Joe Doucett-nya.

Permasalahan selanjutnya adalah sang antagonis Adrian yang diperankan dengan sangat mengecewakan oleh Sharlto Copley. Entah apa yang terjadi dengan Sharlto Copley di film berdurasi 105 menit ini. Karakternya serasa serba tanggung, tanggung menjadi orang jahat dan tanggung menjadi orang yang elegan, tidak seperti karakter antagonis di versi aslinya yang saya lupa namanya, yang jelas, casting paling buruk mungkin adalah Sharlto Copley yang berdandan ‘aneh’. Kemudian apa yang terjadi dengan background story sang antagonis yang saya pikir Spike Lee ingin meningkatkan kadar kebrutalan yang terjadi di masa lalu Adrian tapi saya malah merasakan plot masa lalu yang menimpa Adrian dan saudara perempuannya terlalu mengada-ngada, tidak sesederhana permasalahan cinta terlarang kakak beradik di versi orisinilnya. Dengan melibatkan seluruh keluarga besar Adrian yang dipimpin ayahnya yang agak psycho, saya sebagai penonton jadi kurang relate dengan motif Adrian ini.

Tapi tidak semua hal dari versi remake ini buruk, menurut pandangan saya pribadi, saya masih menikmati adegan ‘bare knuckle’ ikonik di lorong antara Joe Doucett dengan para preman kelas teri yang disyut one take only. Sebuah tribute yang cukup beralasan dari Spike Lee untuk menghormati versi orisinilnya, sama halnya dengan penampakan gurita di aquarium restoran yang dikunjungi Joe Doucett dan penjual pernak pernik yang mengenakan sayap malaikat seperti yang dikenakan anaknya Dae-su Oh di versi orisinilnya. Terakhir mungkin yang harus saya akui bahwa versi remake ini tidak sebegitu buruknya adalah proses menuju ending super twisted-nya yang sedikit diubah oleh Spike Lee, entah berdasarkan versi komik atau apapun itu, tapi saya suka pendekatan agak ‘realistis’ yang mempertemukan Joe Doucett dengan Marie (Elizabeth Olsen) yang kita tahu bahwa Marie disini adalah anak kandung dari Joe itu sendiri. Ya, diawal-awal saya sempat bingung dengan penampakan anak kandung Joe Doucett yang di broadcast di televisi selama masa 20 tahun penahanannya, sebagai yang sudah menonton versi orisinilnya saya bertanya-tanya, mengapa anak kandung Joe sudah diberitahu sedari awal, tapi ternyata anggapan saya tersebut di-counter dengan alasan yang lumayan masuk akal, tidak seperti versi orisinilnya yang menggunakan sedikit unsur ‘kejawen’ di dalamnya.

Akhir kata, Oldboy versi remake ini memang jauh sekali untuk bisa menyamai kualitas versi orisinilnya, tapi tidak membuat versi remakenya hancur total menurut saya pribadi. Walau pada akhirnya, versi remake ini ditutup dengan ending yang sangat cari aman, tidak seperih versi aslinya yang meninggalkan kesan perih selama beberapa hari setelah saya menontonnya. Intinya, endingnya sangat Hollywood banget, tapi yang lebih penting adalah pelajaran moral yang didapat dari Oldboy versi remake ini yaitu, jangan pernah lagi me-remake film-film psikologikal thriller legendaris dari benua Asia. Apapun alasannya, berhentilah me-remake film-film Asia yang bagus hei kalian para petinggi-petinggi Hollywood yang sudah mulai kehabisan ide orisinil, enough is enough! Well, kalau anda belum menonton versi aslinya, bolehlah anda tonton versi remake ini, tapi kalau sudah pernah menonton yang aslinya, jangan terlalu berharap banyak. Good luck!

Rating: 2.75/5

4 thoughts on “Oldboy (2013/Remake/US)

What's your opinion?