8 Alasan Kenapa Kamu Harus Nonton Lagi Interstellar


Interstellar PosterZerosumo.netInterstellar sekali lagi menjadi bahan pembicaraan hangat para pecinta film setelah filmnya rilis minggu kemarin. Sama halnya dengan Inception, Christopher Nolan selalu menyisakan ruang untuk diskusi di ending filmnya yang memberikan banyak pertanyaan-pertanyaan baru bagi para penonton yang sebelumnya sudah cukup terkuras energinya ketika diajak mengarungi black hole dan melihat kegilaan yang ada di dalam Gargantua itu.

Tapi sebelum bicara ending, saya ingin sedikit berbagi hal-hal yang membuat Interstellar menjadi tontonan yang mungkin paling menguras energi dan emosi tahun ini. Berikut delapan alasan kenapa Interstellar harus ditonton lagi. SPOILER ALERT! Yang belum nonton sebaiknya jangan meneruskan membaca keseluruhan artikel ini, okay!

The artificial jokes

Dibalik keseriusannya menulis naskah Interstellar, Christopher dan Jonathan Nolan masih sempat menyisipkan humor-humor yang pas untuk pencair suasana. Berterimakasihlah pada karakter kecerdasan artifisial yang diwakili oleh TARS (Bill Irwin). Sepanjang film berjalan, TARS bagaikan sidekick Cooper (Matthew McConaughey) yang tak capek-capeknya membantu Cooper untuk melewati banyak hambatan ketika mengarungi luar angkasa yang maha luas, disitu juga TARS sering bercanda untuk sedikit mencairkan suasana serius para astronot yang kelimpungan di galaksi asing.Interstellar TARS

The Hans Zimmer scoring

Tidak bisa dipungkiri, satu faktor paling berpengaruh di film Interstellar adalah scoring Hans Zimmer yang luar biasa mengoyak emosi para penontonnya. Setelah kerjasama kesekian kalinya dengan Christopher Nolan, komposer yang dulu merupakan mantan keyboardis grup musik The Buggles (Video Killed the Radio Star, anyone?) itu tidak henti-hentinya memberikan kejutan dalam menghadirkan scoring yang bisa membuat air mata saya bercucuran. Padahal Christopher Nolan tidak banyak memberikan clue tentang film Interstellar ketika meminta tolong Hans Zimmer untuk membuat musiknya, tapi hasilnya luar biasa megah, bukan?

The sound design

Sekali lagi, departemen sound dari film Interstellar harus diapresiasi. Mungkin film Gravity Alfonso Cuarón tahun kemarin berhasil memberikan pengalaman bagaimana rasanya mengapung-ngapung di luar angkasa yang kedap suara itu, tapi Interstellar menyempurnakan hal tersebut. Kengerian luar angkasa yang sunyi berhasil ditangkap dengan sangat indah walau memang makin terasa menegangkan ketika perlahan-lahan scoring Hans Zimmer mengalun. Tapi sekali lagi, suara badai, hentakan, getaran pesawat ketika memasuki black hole dll yang membuat film yang asalnya ingin ditangani Steven Spielberg ini makin asyik untuk ditonton. EAR-GASM!Interstellar Endurance

The evil Dr. Mann

Sama halnya dengan Mal (Marion Cotillard) di Inception, Dr. Mann (Matt Damon) adalah salah satu karakter yang bisa membuat anda naik darah ketika mengetahui bahwa dia sebenarnya adalah karakter yang muncul sedikit-sedikit tapi destruktif. Yang lebih mengejutkan lagi tentunya adalah karakter ini diperankan oleh Matt Damon yang luar biasa tak terduga. Tidak heran nama si pemeran Bourne trilogy itu tidak pernah dicantumkan oleh Christopher Nolan ketika promo Interstellar maupun ketika premier film. Walau hanya sebentar, tapi karakter stresnya ini cukup menambah problematika Cooper yang sudah frustasi di luar angkasa dan juga para penonton yang sudah mulai tidak sabar, ha-ha.Interstellar Matt Damon

The tearjerker drama

Walaupun berlabel sci-fi, Interstellar pada dasarnya tetaplah sebuah film drama yang sangat mengharu biru. Hubungan ayah anaknya berhasil dieksplor dengan sangat baik oleh Christopher Nolan, layaknya kebanyakan film-filmnya terdahulu, pada intinya Interstellar adalah surat cinta sang sutradara kepada putrinya sendiri yang mengatasnamakan cinta yang tidak akan lekang oleh waktu. Ya, dibalik rumus fisika dan teori gravitasinya yang ngejelimet, anda tetap bisa merasakan intisari dari film berdurasi 169 menit ini, ilmu sains hanyalah ‘cangkang’, dagingnya sendiri adalah bagaimana Cooper bisa bertemu putrinya kembali dan menginspirasinya untuk menyelamatkan dunia.Interstellar Cooper Murphy

The relativity of time and space

Mungkin sepanjang film ini berjalan anda sudah menyiapkan kalkulator alami di otak ketika tahu bahwa satu jam di Planet Miller sama dengan tujuh tahun di Bumi. Lalu apa yang terjadi ketika Cooper dan Brand (Anne Hathaway) telat keluar dari Planet Miller? Hampir 24 tahun terlewati dan saya mulai mencucurkan air mata ketika Cooper melihat rekaman kedua anaknya yang sudah dewasa. Damn, it’s hurt, really. Tapi apa yang terjadi ketika Cooper bangun dari tidurnya dan diberi tahu bahwa umurnya sudah 124 tahun, wow! Ternyata manuver kecilnya di orbit Gargantua memakan waktu sekitar 51 tahun! Jadi 51+24=74. Asumsi usia Cooper ketika pergi dari Bumi adalah 40 tahunan dan terombang-ambing di luar angkasa atau di Planet Dr. Mann sekitar 10 tahunan, maka anda akan mendapatkan Cooper yang sudah berusia 124 tahun, bam!Interstellar Time

The crazy Gargantua

Setelah serentetan peristiwa malang yang dialami Cooper dan Brand selama mengarungi luar angkasa (diakhiri dengan aksi ‘gila’ Dr. Mann) perjalanan tidak berhenti sampai disitu saja. Karena bukan Christopher Nolan namanya kalau tidak memberikan satu kegilaan terakhir di finale filmnya. Penggambaran black hole (Gargantua) yang disebut-sebut sebagai penggambaran black hole paling mendekati oleh para ilmuwan dunia belum ada apa-apanya ketika Cooper terombang-ambing di dimensi kelima yang ternyata adalah kamar putrinya sendiri. Hampir semua yang menonton film ini mengerutkan dahi dan berkata “what the fuck?” ketika scene dimensi kelima ini muncul. Visualisasi gila ini belum pernah ada di film lain, dimensi kelima Interstellar bagaikan limbo versi terbaru Christopher Nolan yang ternyata mempunyai kunci untuk menyelesaikan masalah. Sudah makin mirip Inception, bukan? Ha-ha, you don’t say!Interstellar Gargantua

Sedikit pertanyaan untuk anda:

1 dimensi = garis

2 dimensi = bujur sangkar

3 dimensi = kubus

4 dimensi = ????

5 dimensi = ?????

The IMAX experience

Sama halnya dengan Gravity, Interstellar itu wajib sekali hukumnya untuk ditonton di bioskop layar besar seperti IMAX. FYI, kalau sebagian film Interstellar memang disyut menggunakan kamera favorit Christopher Nolan itu. 66 menit filmnya disyut menggunakan 70mm dan sisanya 35mm. Jadi bayangkan saja kemegahannya kalau anda menonton film ini di bioskop IMAX, not only the universe is expanding, but also your vision toward the movie itself. EYE-GASM! Beruntung saya menonton Interstellar di bioskop IMAX Gandaria City Jakarta kemarin. Kesimpulannya, kalau tidak ada bioskop IMAX di kota anda, sebisa mungkin tonton film ini di layar lebar standar saja, karena kalau di layar laptop, rasanya mata ini seperti lebih besar dari si black hole itu sendiri, ha-ha.Interstellar IMAX

Well, ready for the second viewing (maybe) this best movie of the year?

20 thoughts on “8 Alasan Kenapa Kamu Harus Nonton Lagi Interstellar

  1. Cuma mau coba jawab pertanyaan, dimensi 1, 2 dan 3 adalah dimensi ruang. Dimensi ke-4 adalah waktu. Nah, dimensi ke-5 saya ga paham.. mungkin semacam “makhluk” yang bisa jalan2 ke keempat dimensi itu.

    Like

    • Itu dia, makanya saya juga bertanya soal dimensi, hahaha, bisa jadi makhluk, bisa jadi ruang dan waktu yang tak mengenal waktu, soalnya Cooper selama di dalam dimensi kelima doski gak bertambah usia sama sekali, jadi asumsi gw dimensi kelima itu ruang dan waktu yang timeless, bener2 idle. Tapi yaaa itu kata saya yah, saya bukan lulusan astrofisika soalnya, nebak2 doang, hehe.

      Like

      • 3 Dimensi (ruang) + 1 Dimensi waktu = 4 dimensi. kalo dibayangin dalam ‘kemiripan’ dengan struktur atom, berarti kita sekarang ada di 4 dimensi dimana ruang dikelilingi oleh waktu (yang relatif), jadi dimensi ke-5 ada di ruang lebih luar dari waktu (mengelilingi 4 dimensi). nah, di film dimensi ke-5 divisualisasikan dengan baik sama Nolan sebagai ruang yang bisa ‘melihat masa lalu’ juga ‘menatap masa depan’ dengan kamar si Murph. kenapa kamar si Murph? karena dia yang ‘terpilih’. oleh siapa? oleh ‘kita’ di ‘masa depan’. karena sekarang kita berada di 4 dimensi, menurut murph pasti ‘suatu saat dimasa depan’ ada manusia yang mampu ‘membuka’ ruang dimensi ke-5. coba inget-inget lagi obrolan Coop sama TARS waktu di dimensi ke-5.

        hehe, #cmiiw ya. cuma pendapat pribadi.

        Like

      • Betul banget, mantap nih penjelasannya bung Nucleo 😀 Intinya visual di dimensi kelima itu bener2 mantep gila yah 😀 Thanks berat nih udah menambah lagi sedikit wawasan soal perdimensian 😀

        Like

    • Menurut pemahaman aku 😉 (cmiiaw) dimensi ke 5 adalah gravitasi itu sendiri. yang aku tangkap, gravitasi mampu melingkupi semua dimensi termasuk waktu. jadi, sederhananya, gravitasi mampu membuat “waktu” memiliki bentuk fisik.

      btw, aku merasakan berbagai varian ~gasm karena film ini dan ga bisa move on sampai sekarang. X))))

      Like

      • Bisa juga seperti itu, yg jelas Nolan emang gak pernah secara eksplisit sih ngasih tau soal filmnya sendiri, tapi yg paling penting tujuan akhinya itu dapet, cinta memang tidak bisa diukur jarak dan waktu 🙂

        Like

  2. Walaaaah minta saran dong, jadi kemaren saya udah nonton interstellar di bioskop biasa. Bodoh nya saya kenapa ga kepikiran nonton di IMAX. Nah menurut km, saya harus nonton lagi di imax ga? Pengen banget ngerasain nonton di imax udah lama. Masalahnya saya tinggal di Bandung, jadi harus naik bis dulu ke jakarta. Is it worth it? Nonton film yang udah ditonton tapi pengen nonton lagi di IMAX? Kalo worth it, studio XXI IMAX di jakarta yang menurut lo yang paling bagus dimana? Makasih.

    Like

    • Hello Damara, sama dong, saya juga di Bandung, tau gitu kenapa gak ikut bareng kemarenan nonton di IMAX? hahaha. Kalo kata saya sih, kalo Damara punya waktu, energi dan duit buat nonton di IMAX segeralah pergi kesana, karena Interstellar ini emang beneran disyut di kamera IMAX jadi pengalaman nontonnya pun lebih asyik kalo di bioskop IMAX. Ini bukan semacam film yang di blow up biar kelihatan keren di IMAX, tapi emang peruntukannya untuk IMAX. IMAX Gandaria City tetap yang terbaik. serius buruan gih nonton, dijamin nangis, dan dijamin worth it! 😀

      Like

      • ooh suka ngadain nobar gitu? yah engga tau. Oke deh besok berangkat ke Jakarta! Sekalian nanya nih agak out of topic hehe, rencana dari bandung pake bis, nah ke stasiun mana ya di jakarta nya terus ke gandaria nya gimana? Makasih bangettt

        Like

      • Iya kita suka ngadain nobar, kalo mau ikutan gabung aja sama moviegoers bandung, cek twitternya di @moviegoersbdg yaaa 😀

        Wah kalo soal naek bis blum pernah nih, tapi kalo naek travel, bisa naek travel yang turun di fatmawati, lewat tol cikunir, nah dari situ ke arah pondok indah aja terus lurus nyampe deh gandaria city. Pkknya kalo dari fatmawati udah lumayan deket ke gandaria city 😀

        Like

  3. Pingback: A Serious Review: Interstellar (VLog Review Eps.1) | zerosumo

  4. Pingback: My 15 Favorite Movies of 2014 (That I’ve Seen in Movie Theater) | zerosumo

  5. Pingback: The Imitation Game (2014/UK) | zerosumo

What's your opinion?