Lucy (2014/France)


LucyZerosumo.net – Perdebatan tentang manusia hanya menggunakan 10% dari kapasitas otaknya mungkin akan terjawab di film terbaru arahan Luc Besson yang berjudul Lucy. Tapi tentu saja dengan pendekatan sci-fi dan superhero-isme tentunya. Luc Besson tahu betul mitos tentang otak ini bisa jadi premis yang tepat untuk sebuah film keren apalagi jika karakter utamanya adalah wanita cantik dan semok Hollywood idaman para pria sekarang. Alhasil Lucy menjadi tontonan yang cukup menarik walau sebenarnya jika dilihat lebih jauh, film ini ya sedang-sedang saja, nothing too special.

Cerita film Lucy ini berawal dari kebodohan seorang wanita blonde semok bernama Lucy (Scarlett Johansson) yang entah kenapa malah pacaran dengan seorang pria bodoh di Taiwan yang menjerumuskannya kedalam masalah besar. Lucy tanpa sengaja harus mengantarkan koper berisi narkoba jenis baru ke seorang mafia Korea bernama Mr. Jang (Min-sik Choi) yang gemar membunuh orang di kamar mandi hotel. Setelah mengetahui narkoba jenis baru itu kualitasnya telah melampaui blue meth milik Walter White, Mr. Jang mengutus Lucy (secara paksa) untuk mengantarkan narkoba itu ke para pelanggannya di luar negeri dengan cara menyelundupkan narkoba ke dalam perutnya.

LucyMalang bagi Lucy, tanpa sengaja ia dihajar habis-habisan di bagian perut oleh preman di Cina atau entah dimana itu, yang membuat narkoba jenis baru itu bocor dan masuk ke dalam aliran darah dan mengalir ke semua tubuh Lucy. Tanpa tunggu waktu lama, narkoba jenis baru itu bereaksi aneh di badan Lucy dan membuat dirinya mempunyai kekuatan super! Lucy sadar bahwa kapasitas otaknya telah terpakai lebih dari 10% dan mulai bisa melakukan hal-hal aneh nan mengerikan, sampai ia meminta seorang professor ahli otak bernama Professor Norman (Morgan Freeman) untuk menyampaikan keluh kesah sebagai manusia pertama yang bisa menggunakan hampir 100% otaknya sambil masih menjadi incaran Mr. Jang dan anak buahnya yang punya dendam kesumat terhadap Lucy karena telah membantai satu batalyon lebih anak buahnya.

LucyHarus diakui, Lucy memang mempunyai premis menarik dan sangat Luc Besson-ish sekali. Sebuah film action sci-fi yang sangat pas dengan tren saat ini, yaitu superhero. Bicara film superhero memang selalu identik dengan yang namanya adaptasi komik yang dieksploitasi habis-habisan oleh Hollywood. Maka tidak heran jika Luc Besson menciptakan ‘superhero’ versinya sendiri dengan pendekatan sci-fi yang diangkat dari mitos tentang otak manusia yang hanya dipakai 10% saja. Alhasil, Lucy menjadi sajian yang akan mengingatkan saya pada dua film yang kurang lebih menceritakan hal seperti ini juga, yaitu Limitless dan yang paling anyar tahun ini, Transcendence.

LucyTapi banyak hal yang membuat film ini menarik selain premisnya yang terbilang cukup unik bagi saya, tidak lain adalah visual filmnya yang dijamin bisa membuat ‘eye-gasm’ dan juga pemilihan cast-nya yang cukup tepat. Scarlett Johansson mungkin pilihan yang sempurna karena artis berumur 30-an lebih itu memang sudah lekat dengan imej wanita jagoan di film-filmnya Marvel. Aktingnya sebagai manusia super yang otaknya hampir meledak pun cukup meyakinkan disini tanpa meninggalkan ciri khasnya sebagai wanita seksi tapi mematikan atau bahasa kerennya femme fatale.

LucyTapi yang paling mencuri perhatian mungkin adalah sang Choi Min-sik yang menjadi legenda perfilman Korea disana karena peran epiknya di Oldboy. Bahkan Morgan Freeman yang seperti biasa selalu memerankan karakter bijak di setiap film-film seperti ini (Transcendence contohnya) tidak menimbulkan kesan apa-apa bagi saya dibanding Choi Min-sik yang bertambah tua tapi bertambah beringas pula. Mr. Jang tidak bercakap bahasa Inggris sepatah katapun di film berdurasi 90 menitan ini, ia cukup bercakap Korea sambil berlumuran darah pun sudah cukup menyeramkan, apalagi jika ditambah dengan ekspresi gilanya. To be honest, that old bastard still got that crazy looks.

LucyTapi apa yang terjadi ketika Lucy sudah memakai 100% otaknya? Itulah pertanyaan yang pasti akan menyelimuti para penonton sepanjang menyaksikan film ini. Bagi saya pribadi, Lucy memang mempunyai premis yang menarik untuk diangkat menjadi sebuah film, tapi entah kenapa eksekusi sang maestro Luc Besson terasa anti klimaks di akhir. Ketika jalan cerita mulai menuju puncak orgasme—apalagi diiringi dengan visual-visual grandeur tentang penciptaan alam semesta yang sedikit mengingatkan pada film Tree of Life, Prometheus atau film-film sci-fi lain yang terkenal—akhir dari Lucy hanya sebatas itu saja? Nothing more nothing less, just a flashdisk in the end. Bahkan kalau dipikir-pikir, ending Transcendence lebih ‘enak’ bagi saya ketimbang Lucy.

LucyTapi ya sudahlah, bukan berarti film ini jelek, Lucy tetap menarik, 90% filmnya berhasil menghibur saya, tapi entah kenapa mungkin ada beberapa alasan kecil yang membuat saya tidak bisa memberi rating lebih dari tiga untuk film yang seharusnya bisa saya beri rating tiga setengah ini. But, as an entertaining action sci-fi movie, Luc Besson always did a good job to make a fun movie watchable like this. Just enjoy the blonde revenge on Korean mobster that want to stole the knowledge of life.

Rating: 3/5

NB: Bukan hanya Luc Besson, Youtuber sejati Nigahiga juga membuat Lucy versinya sendiri.

Dan seperti biasa, sedikit behind the scene dari film brain-gasm ini.

One thought on “Lucy (2014/France)

  1. Pingback: My 15 Favorite Movies of 2014 (That I’ve Seen in Movie Theater) | zerosumo

What's your opinion?