Sleeping Beauty (2011/Australia)


Don't worry, you'll see the rest of her beautiful body in this movie

Saya penasaran dengan film yang judulnya seperti dalam cerita dongeng anak-anak ini. Sleeping Beauty adalah film dari negeri kangguru yang disutradarai dan ditulis oleh Julia Leigh. Kenapa saya menonton film ini? Jawabannya mudah, ada Emily Browning yang menjadi pemeran utama di film ini, dan setelah penampilan ciamik dan menggodanya di Sucker Punch, tidak mungkin saya melewatkan film yang posternya menampilkan foto Emily Browning setengah telanjang ini.

Sleeping Beauty bercerita tentang seorang mahasiswi, cantik, mulus dan menggoda bernama Lucy (Emily Browning). Tapi nampaknya Lucy sedang butuh yang namanya uang, maka beberapa pekerjaan dia lakukan sekaligus, seperti menjadi sukarelawan untuk percobaan lab di kampusnya, menjadi tukang fotokopi di salah satu kantor, menjadi pelayan di salah satu restoran dan terakhir adalah menjadi kupu-kupu malam yang diperebutkan banyak pria hidung belang, menggiurkan!

Tapi setelah Lucy diusir dari kontrakannya karena menunggak uang kontrakan, ia mencari pekerjaan baru, pekerjaan yang bernama “silver service”, yang saya sendiri masih benar-benar “blank” sebenarnya apa sih yang menarik dari film ini. Ternyata silver service adalah pekerjaan menjadi seorang pelayan setengah bugil bagi para kakek-kakek tua impoten yang kaya raya dan suka berkumpul di sebuah rumah mewah yang terpencil. Dan salah satu jasa yang sering dipakai oleh para kakek-kakek horny tersebut adalah tidur bersama para pelayan wanita setengah bugil tersebut, tapi sebelumnya para wanita tersebut, termasuk Lucy, meminum obat tidur dahulu, sehingga mereka tidak merasakan apa yang terjadi ketika sekamar dengan para kakek-kakek tua tersebut, dan satu peraturan lagi, tidak boleh ada hubungan intim (karena mereka impoten).

Anda boleh saja mengabaikan review saya setelah baris ini karena sudah mengetahui sinopsis ceritanya yang “menjanjikan” dan “menggiurkan” bagi para kaum pria, tapi saya ingatkan sekali lagi, tidak segampang itu untuk menikmati film eksperimental karya Julia Leigh ini. Film ini benar-benar super absurd dan sangat aneh. Setengah jam pertama saya tidak bisa menyimpulkan sebenarnya apa yang menarik dari kehidupan Lucy yang terbilang sunyi senyap dan “gelap gulita” ini. Apalagi Lucy sering mengunjungi temannya yang bernama Birdmann (Ewen Leslie) setelah semalaman menjajakan diri pada pria hidung belang, dan saya tidak bisa mengartikan hubungan Lucy dan Birdmann yang digambarkan seperti seorang pria sekarat, mereka seperti sepasang kekasih lama tapi tidak menjalani hubungan serius, aneh!

Masih bingung dengan hubungan Lucy dan Birdmann, saya ditambah kesal dengan apa yang sebenarnya dilakukan para kakek tua yang impoten di rumah megah milik sang “germo” Clara (Rachael Blake) yang sopan dan melindungi para pelayan-pelayan wanitanya yang berdandan orgy termasuk Lucy yang paling mulus diantara semuanya. Yang jelas, film ini seperti menggambarkan nafsu manusia yang tidak ada habisnya dan rasa malu tersembunyi yang diekspos habis-habisan di film ini.

Ada satu adegan dimana seorang kakek yang tak bernama ingin tidur dengan Lucy, tapi sebelumnya si kakek tersebut memberikan “wejangan” panjang lebar pada Clara yang intinya adalah sebenarnya si kakek itu malu masih melakukan hal seperti ini di usianya yang jauh dari muda belia, dan Clara hanya membalasnya dengan “you’ll safe here”. Total akward!

Film ini berjalan tanpa scoring musik sama sekali, tanpa penjelasan yang lengkap kecuali kehidupan Lucy yang menjalani tugasnya di silver service. Hubungan Lucy dan Birdmann pun tidak ada penjelasan yang mencerahkan sama sekali, benar-benar harus disimpulkan sendiri. Tidak aneh Julia Leigh meminta Emily Browning untuk menonton film Antichrist sebelum memerankan karakter Lucy. Karena Julia ingin karakter Lucy sama depresifnya dengan karakter yang diperankan Charlotte Gainsbourg di film Antichrist karya sutradara paling susah dimengerti oleh saya, Lars von Trier.

Kalau sudah bicara Lars von Trier pasti ada yang namanya simbolisasi, jadi banyak yang berpikir bahwa film yang mengumbar badan mulus Emily Browning selama kurang lebih 90 menit ini menyampaikan simbolisasi dari bentuk feminisme bla bla bla yang sama sekali susah ditangkap oleh saya. Saya merasa akting mumpuni Emily Browning di film ini terasa sia-sia, hanya tubuhnya saja yang mulus yang bisa dinikmati di film ini, sisanya saya berpikir keras untuk menikmati film yang bisa dibilang semi-pervert dan disturbing-behaviour-by-old-men ini.

Ya, kalau anda membaca review saya hingga baris ini berarti anda sudah bisa menyimpulkan bagaimana gambaran keseluruhan film ini, tapi saya yakin anda pasti akan tetap menontonnya walaupun banyak adegan tidak penting yang di-skip oleh remote control yang dipegang anda, he-he. Yang jelas, film ini merupakan karya yang terlalu ambisius dan beresiko tinggi dari seorang sutradara debutan yang baru pertama kali menyutradarai sebuah film. So, kalau Denmark punya Lars von Trier, maka Australia punya Julia Leigh. Just enjoy this movie while you can.

Rating: 2/5

11 thoughts on “Sleeping Beauty (2011/Australia)

  1. Setidaknya dengan membaca review ini [sampe abiiiisss], gw mule paham sedikit dengan – apa sih yang coba disampaikan oleh film ini?
    Soalnya gw nonton 2 kali, tetep ga paham maksud dan tujuannya apa. Ckckck…

    Like

    • Haha, ya wajar sih bro, gw jg udah beres nonton ini langsung terdiam sebentar, mikirin apa sih yg baru gw tonton barusan, hehe, ya setidaknya inilah yg bisa gw tangkep, hehe 😀

      But thanks udah mau mampir 😀

      Like

  2. ya ampun..
    gw baru agak ngerti setelah baca review ini..
    udah berkali2 gw tonton, sambil bertanya2 dimana klimaks dan inti cerita ini..
    ckckck..

    Like

  3. ya ampun gue malah suka banget film ini.. i know it is absurd sih.. dan lagi2 opini gue kayanya minoritas banget haha. Anyway, i did not have a chance to revisit and write my own thoughts about the film but i really enjoy the directorial style which is a reminiscent of Kubrick and i think this is one of Browning’s best!
    btw~ boleh exchange link? 😀

    Like

    • Ya itu dia sih balik lagi ke intepretasi masing2, hehe, kalo gw sih bukannya gak suka, cuma ya itu, maksudnya dia mau ‘ngomong’ apa lewat film ini, I just don’t really get it, dan referensi Kubrick gw masih cemen, baru beberapa gw nonton film doi, dan itupun yg the bestnya doang, jadi korelasi ke film si Julia Leigh ini pun gak bisa gw dapetin.

      Anyway, salam kenal juga 😀 link mah udah ditaro tuh 😉

      Like

  4. Kesimpulannya follow aja band gua @willbleed666 pokoknya metal abis, gua jadi kesel sama tuh kakek, apalagi clara seenaknya gitu jual cewek ke kakek-kakek.

    Like

  5. mbak/mas sama mau nanya, di bagian ending pas selesai nangis, video dari kamera yang di pasang lucy di putar, terus yang ane lihat dari video itu, di sebelah ranjang seperti ada ada orang duduk di kursi.. mbak/mas tolong tanggapan nya. *merasa bingung

    Like

What's your opinion?