The Science of Sleep/La science des rêves (2006/France)


The best way to escape from reality is...

The best way to escape from reality is…

Bagi anda yang suka menonton film-film bertema surreal pasti sudah tidak asing lagi dengan sutradara bernama Michel Gondry. Sutradara yang lahir di Versailles, Perancis 50 tahun yang lalu ini memang selalu terkenal dengan film-filmnya yang bertema surreal, lengkap dengan tata artistik ‘quirky’-nya yang rata-rata tidak dibuat oleh bantuan teknologi canggih. Film yang makin melejitkan namanya tentu saja Eternal Sunshine of the Spotless Mind, rilis tahun 2004 dan langsung menjadi sebuah film ‘cult’ wajib bagi para penggemar genre romansa yang bernuansa aneh dan unik.

Tapi sekarang saya bukan mau mengajak anda untuk berpetualang di alam bawah sadar Jim Carrey, saya ingin mengajak anda menengok film setelah Eternal Sunshine of the Spotless Mind, yaitu The Science of Sleep. Film yang ditulis dan disutradarai oleh Michel Gondry ini rilis tahun 2006, dan sesuai dengan judulnya, walau bukan alam mimpi yang penuh ketegangan ala Christopher Nolan di Inception, anda akan diajak untuk memasuki alam bawah sadar seorang pria pemalu yang mengalami ‘kontroversi hati’ gara-gara seorang wanita yang ia sukai.

Pria pemalu tersebut bernama Stéphane (Gael García Bernal), ia baru tiba di Perancis untuk mengunjungi ibunya yang baru saja ditinggal mati ayahnya. Tinggal di sebuah apartemen dan mendapat pekerjaan paling membosankan di kantor yang bergerak di bidang printing kalender, Stéphane lebih sering memanfaatkan waktunya untuk tidur pulas sambil mengekspresikan dirinya di alam mimpi. Suatu saat, hari membosankan Stéphane berubah ketika ada tetangga baru yang pindah ke samping apartemennya, tetangga baru yang cantik tersebut bernama Stéphanie (Charlotte Gainsbourg). Semenjak kehadiran Stéphanie di sebelah apartemennya, hidup Stéphane mulai berwarna, ia sering menghabiskan waktu bersama Stéphanie baik itu di dunia nyata ataupun di alam bawah sadarnya. Tapi ketika hubungan Stéphane dan Stéphanie mulai memburuk, Stéphane mulai kehilangan arah dan makin tidak bisa mengendalikan alam bawah sadarnya yang sudah mulai tidak bisa dibedakan dengan dunia nyata yang ia jalani.

Mempunyai konsep yang mirip-mirip dengan filmnya sendiri dua tahun sebelum rilis The Science of Sleep, nampaknya Michel Gondry gemar mengekspos apa saja yang ada di alam bawah sadar manusia ketika sedang tertidur. Dan mungkin gambaran paling dekat tentang alam bawah sadar ada di film ini, penuh dengan imajinasi dan harapan ‘liar’ dari seorang Stéphane yang tidak bisa berkutik di dunia nyata. Tapi pada akhirnya, penonton akan dibawa sampai kepada klimaks yang memukul, dimana disitu kita akan mulai bertanya apa mimpi-mimpi Stéphane itu nyata atau sebenarnya ia memang menderita sebuah penyakit mental (Schizophrenia misalnya?) hingga ia sudah tidak bisa membedakan mana dunia nyata dan alam bawah sadarnya sendiri.

Perilaku aneh, kaku, lucu dan kadang frontal Stéphane berhasil diintrepretasikan dengan baik oleh Gael García Bernal yang suprisingly memukau saya lewat kemampuannya menguasai tiga bahasa, dari mulai Perancis, Spanyol sampai Inggris, luar biasa. Ya, film ini memang film Perancis, dominan dialog bahasa Perancis tapi tidak sedikit juga dialog bahasa Inggrisnya. Tapi itu semua tidak membuat aktor berdarah asli Meksiko ini terlihat kesulitan atau hilang fokus, bahkan Charlotte Gainsbourg yang sudah menjadi aktris langganan film-film Lars von Trier pun terlihat ‘matching’ ketika beradu peran dengan aktor yang pernah memerankan Che Guevara muda di The Motorcycle Diaries itu. Romansa dan konflik antar dua karakter yang bertolak belakang ini tersaji apik dan mengalir sepanjang film berjalan.

Lalu terakhir yang menarik perhatian dari film ini tentu saja visualisasi alam bawah sadar yang ingin ditangkap oleh Michel Gondry. Balutan stop motion sampai gambaran alam bawah sadar Stéphane yang surreal memang sedikit mengingatkan pada Eternal Sunshine of the Spotless Mind. Tapi kali ini dengan skup yang lebih kecil dan penuh warna sehingga terkesan selalu ‘cheerful’ serta banyak memanfaatkan properti lucu seperti mainan anak kecil dll. Tidak heran, karena lokasi syuting film berdurasi kurang dari dua jam ini adalah di tempat yang pernah ditinggali Michel Gondry 15 tahun silam, mungkin agar terasa nuansa nostalgianya, hampir sama seperti mimpi bukan? Dimana kita kadang pernah memimpikan masa-masa menyenangkan ketika dahulu kala, he-he.

Well, pada akhirnya orang akan banyak bertanya apakah selama film ini berjalan Stéphane sebenarnya sedang bermimpi atau ia benar-benar menderita ‘Schizophrenia’? Itu tergantung interpretasi anda, tapi bagi saya pribadi, Stéphane jelas-jelas menderita sebuah ‘kelainan’ sehingga ia tidak bisa mengendalikan fantasinya di dunia nyata. Kehadiran Stéphanie disini seperti pukulan telak atau panggilan untuk ‘bangun’ bagi Stéphane karena ia sudah terlalu lama hidup dalam dunianya sendiri sampai akhirnya ia menggunakan fantasinya untuk lari dari kehidupan nyatanya yang tidak selalu berakhir manis. Sometimes, your reality is the better answer than your dream or fantasy, although it hurts you. Have a nice dream guys!

Rating: 3.25/5

11 thoughts on “The Science of Sleep/La science des rêves (2006/France)

  1. Thank for introducing this freaking amazing film.
    Oh, I know what Stéphane feel. He described me a lot. And yes, both of us need the girl like Stephanie. Reality is boring.

    There are correlations between creative occupations and mental illnesses, including bipolar disorder and schizophrenia. Creative people more prone to depression.

    Like

    • Hahay akhirnya ketonton juga (pake bahasa indo aja ya balesnya :P) ya reality is boring but honest bro ;P… Intinya berfantasi bolehlah, but know your limit ajah… Jangan lupa lanjutin Tokyo! biar hatam sama film2 Gondry yg surreal 😉

      Like

  2. Pingback: L’écume des jours/Mood Indigo (2013/France) | zerosumo

  3. aku ada tugas psikologi kepribadian dan suruh nganalisis film The Science of Sleep. ini siapa tau mau membantu, terimakasih.

    Like

What's your opinion?